Latest Posts
PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT LAMALERA
Diposting oleh
rikardus miku beding
Dalam
skala yang lebih luas, khususnya masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Di kenal
bentuk-bentuk perkawinan di kalangan suku-suku. Perkawinan itu di lakukandalam
dan melalui proses-proses tertentu. Khusus untuk masyarakat lamaholot di kenal
juga bentuk-bentuk perkawinan seperti plae gere, kave gate (fersi Lamalera).
Kafe
gate
merupakan
perkawinan yang melalui proses
peminangan sampai perkawinan secara adat, sedangkan plae dore merupakan
perkawinan dimana seorang wanita melarikan diri mengikuti seorang laki-laki
Mengikuti
bentuk-bentuk perkawinan masyarakat lamaholot pada umumnya, perkawinan adat
lamalera merupakan perkawinan yang terjadi dalam proses dan mengikuti
tahap-tahap tertentu. Tahapan yang menjadi tolak ukur dalam perkawinan adat itu
di lihat sebagai warisan yang di turunkan dari para pendahulu (Nenek-Moyang). Hal
ini menjadi tradisi yang tetap di hidupidalam tata cara perkawinanadat masyarakat
lamalera.
Perkawinan
masyarakat Lamalera yang telah di wariskan itu mengikuti tahap-tahap tertentu. Tahap-tahap
itu kemudian dikembangkan dan dihidupi sebagai sebuah polah yang membangun
sebuah perkawinan adat. Pola-pola ini di pegang sebagai acuan untuk
melaksanakan sebuah proses perkawinan.
TAHAP-TAHAP PERKAWINAN ADAT
Perkawinan
adat masyarakat lamalera terjadi dalam tahap-tahap. Tahap-tahap itu menjadi
harapan untuk di akui secara baik dan benar karena di setiap tahap-tahap
mempunyai maksud tertentu.
A.
PERKENALAN
(PEMILIHAN JODOH)
Pada
tahap ini, perkenalan dilakukan secara langsung oleh seorang pemuda melalui
surat perkenalan (surat kores). Pernyataan setuju dari si gadis akan menjadi
kekuatan bagi pemuda untuk menyampaikan hal itu kepada orang tua. Langkah selanjutnya
adalah melakukan pendekatan dengan orang tua si wanita. Pendekatan ini bersifat
penyampaian biasa untu menjalin hubungan perkenalan cinta kedua anak sekaligus
di ketahui orang tua dan sanak keluarga.
Bahasa
–bahasa adat yang biasa di pakai orang lamalera dalam heru nue ini adalah :
1.
Kame beso dipi heru ema, bapa, dan
keluarga feke hae kame leta bolo ne mee atau hae amur pe kame bisa olah
2.
Kame besol mu rua pi kempe mi dori
sura ana kame….
B. TAHAP PEMINANGAN
Tahap
ini masyarakat lamalera di sebut dengn istila “Dori Sura”. Surat yang
di maksut adalah pertemuan yang di buat kedua belah pihak. Mengiringi proses
adat ini orang tua dan keluarga pria mendatangi orang tua keluarga wanita dengan
membawa menu (ayam), anggur 8 botol, beras, koli tbako. Barang-barang ini di
peruntukkan bagi orang tua, ana opu si wanita
Pada
tahap ini juga terjadi pembicaraan tentang belis. Dengan ini kedua bela pihak
menginformasikan tentang bagai mana belis itu di laksanakan. Apakah di berikan
dalam bentuk bala (gading) atau dalam bentuk uang dan beberapa jumlah binatang
yang mesti di siapkan. Perhitungan dalam bentuk uang tetap berpatokan pada
besarnya gading. Artinya secara adat gadaing sebagai belis tetap di bicarakan walaupun
dalam pelaksanaannya di laksanakan dalam bentuk uang. Pada tahap ini
kesepakatan menulis silsilah lapis dibuat.
C.
TAHAP
PENGRESMIAN PERKAWINAN (SIGE_NUE MEGA)
Sige merupakan tahap menyatukan dan
mengawinkan silsilah kedua anak tersebut. Silsilah kedua anak tersebut dihitung
berdasarkan garis keturunan ayah.
Tahap ini ditandai dengan
memberikan kila (cincin)sebagai symbol pengikat. Ada pun bahan-bahan yang
dibawa adalam tahap ini adalah 1 ekor babi dan 1 ekor kambing.
Pada tahap ini proses adat
dibicarakan secara resmi. Apa bila pada pertemuan ini belis sudah disetujui
maka pihak ina ama, opu alep wanita akan memenuhi kewajipan mereka yaitu Pau
Kbarek (Memeberi Makan Dan Pakian Untuk Wanita Itu). Pao kbarek ini merupakan kewajipan ina
ama, opu alep menjadi tanda pamitan bagi anak mereka.
Mungkin hanya ini gambaran dari
saya, mohon maaf kalau ada kekeliruan dalam penulisan serta bahasa adatnya dan juga ada kesalahan atau kekeliruan pada tahap-
tahap adat perkawinan.
#Syalom
; Rikardus Miku Beding#
NILAI BELIS LAMAHOLOT
Diposting oleh
rikardus miku beding
Nilai belis
merupakan pengikat di mana yang terjadi adalah saling memberi. Belis mempunyai
nilai tersendiri. Belis selalu berarti gading (Bala). Menarik kalau di
perhatikan bahwa gading yang berasal dari gajah tidak terdapat di bumi
Lamaholot. Hal itu berarti bahwa untuk mendapatkan gading tidak mudah. Hal ini
mungkin melambangkan betapa tinggi nilai kaum wanita. Karena itu tida gampang
memperoleh wanita sebagai istri. Kesepakatan yang di capai dalam urusan belis
menjadi tanda penghargaan terhadap hak wanita dan hormat terhadap keluarganya,
selain itu hal yang sama menjadi tanda kesanggupan keluarga pemuda terhadap
gadis yang di pilih.
Belis
mempunyai nilai-nilai antara lain :
1.
Belis mempunyai nilai sebagai tanda
penghargaan.
Belis
ditetapkan dalam sebuah adat perkawinan yang merupakan tanda penghargaan. Hali ini berkaitan dengan adat
menetap setelah menikah.
2. Belis
sebagai pemersatu kedua belah pihak. Dengan belis hubungan
perkawinan yang terjadi sebagai pemersatu
kedua belah pihak. Belis menjadi sarana yang mempersatuksn.
3. Nilai
belis di lihat dari tujuan belis yaitu demi kehormatan bagi perkawinan dan
martabat manusia. Belis dilihat sebagai pengikat dimana
terjadi adanya saling memberi dan menerima.
LAUTKU_LADANGKU “LAMALERA
Diposting oleh
rikardus miku beding
Benediktus H beding |
Di pagi hari setelah fajar, bergegas diri pergi keluar, menuju laut sawu yang begtu luas,tuk kais rezeki yang masih tersebar dan Ketika hasil yang di peroleh, didalam hati berdoa lirih, bibir bergetar sambil merintih.
Pekerjaanku dipandang rendah, tapi anak sukses sekolah, banyak anak menjadi gagah, darah yang halal prestasi dibawa.
Walaupun nelayan sederhana, jiwa tentram dan halall, tak seperti orang dikantor sana, jantung berdegup takut.
Biarpun kulit ini hitam pekat dan pakaian tidak glamour, seperti pegawai dikantor-kantor, biarlah bajunya diluar kotor, asalkan jangan jadi koruptor.
lamalera
Diposting oleh
rikardus miku beding
TETESAN PERENUNGAN HASIL PERTEMUAN PATER YAN PRASON BATAONA,SVD
Diposting oleh
rikardus miku beding
I. Pendahuluan:
Penyampaian maksud dan tujuan
pertemuan oleh Pater Yan Prason Bataona,SVD.Informasi tentang “ Ke luh-Kesah
Lefotana-Lamalera serta persoalan yangtengah dihadapi saat ini dan
“Olanue-Lefaari” yang sangat dikwahtirkan padam asa-masa yang akan datang. Informasi tentang dunia
pariwisata yang mau dikembangkan dilefotana-Lamalera Masalah Penerangan Listrik dan
air Pembentukan Lembaga Swadaya
Masyarakat untuk memfasilitasi dan mengakomodir semua persoalan
untuk membangun lefotana-Lamalera.
Pembangunan Museum dan
Motorisasi-Tenalaja
II. Penyampaian
Informasi seputar kegiatan “Olanue-Lefaari”
1. Menindaklanjuti
hasil “Reuni 2006”; bersama para Tokoh Adat Lamalera yang menurut tradisi suku
yang berkompeten untuk membahas sesuatu tentang lefotana maka
diistilahkan “ LIKA TELLO” ( tiga suku besar ) untuk duduk bersama-sama dengan
para tokoh adat lainnya bersama kepala Desa Lamalera A dan Lamalera B
dan juga tim Pastor-Suster-Bruder-Frater ( Rohaniwan-rohaniwati asal
Lamalera ).
2. Informasi
tentang pembukaan sekolah baru yakni: Akan dibuka SMK Kelautan yang drencanakan oleh
Pemerintah Daerah untuk dibuka di Wulandoni.Gagasan ini ditangkap
oleh Para Pastor waktu reuni dan telah dibahas bersama dengan para tokoh
adat bersama kedua kepala desa di Lamalera waktu itu.Mereka semua
sepakat kalau SMK Kelautan yang direncanakan tersebut dapat
dibuka di Lamalera. Alasan utama dibuka SMK Kelautan
diLamalera;
v Karena cocok dan
strategis untuk anak-anak nelayan diLamalera khususnya;serta membuka wawasan
baru dalam pola penangkapan ikan secara modern; namun tidak
mematikan cara penangkapan secara tradional di Lamalera.
v SMP APPIS
Lamalera mempunyai reputasi yang sangat baik dari hasil lulusan setiap tahunnya;sehingga
output sekolah tersebut dapat diserap untuk menuju jenjang pendidikan
kejuruan pada SMK Kelautan menjadi lebih mudah.
v SMP APPIS
Lamalera dibawah pengawasan Missi Katolik Lamalera mempunyai mutu rohani yang sangat
baik;karena guru dan siswa-siswi selalu giat dalam kegiatan rohani
dan gerejawi. Dampak dari SMK Kelautan tentunya
akan berpengaruh langsung terhadap pola hidup dan kemajuan
teknologi.
Untuk itu maka delegasi reuni
2006 yang diwakili oleh Pater Yan Prason Bataona,SVD menyampaikan hasil
forum diskusi “ Lika Tello” bersama kepala desa dan tim pastor ke
IKEBELE Jakarta dan juga bertemu dengan Bapak Frans Seda, Bapak Anton
Tifaona, Bapak Sony Keraf, Bapak Herman Wutun.Hasil lobi oleh Pater Yan
Prason,SVD kepada para donator Jakarta mendapat dana ±Rp.480.000.000. (
Empat ratus delapan puluh juta rupiah ) dengan rincian penggunaan:
pembebasan tanah untuk lokasi pembangunan SMK Kelautan Lamalera sebesar
Rp.50.000.000.-kepada pemilik tanah ( Blikololo)di Lamalera A;
sedangkan sisanya untuk pembelian motor Johnson. Sementara di Kupang Pater Yan
Prason Bataona,SVD bersama Bp.Nasu Bataona bertemu dengan Bapak
Kapolda NTT Drs.Robert Belarminus Sadarum guna memfasilitasi
pertemuan dengan Bapak Gubernur.Dan juga salah seorang anggota DPRD Prop.NTT
untuk melaporkan berbagai masalah yang dihadapai lefo saat ini dan
rencana pembangunan dilefo;terutama ruas
jalan Lamalera merupakan jalan
propinsi yang harus diperhatikan oleh pemerintah propinsi.
3. Hasil forum
reuni 2006 dituangkan dalam sebuah proposal yang dibawa oleh Pater Yan Prason Bataona,SVD
untuk diteruskan kepada Menteri Pariwisata dan Menteri
Pertambangan dan Energi; guna memohon bantuan.
v Permintaan
kepada Menteri Pariwisata: Rencana pembangunan “ Museum
Tenalaja beserta perangkat”( Leo –tale kafe ) serta tulang belulang ikan
paus dan hasil tenun ikat( mofa dan motif tenun);yang akan direncanakan
pembangunannya dengan dua bagian besar yaitu;
1.Kamar dokumentasi dan miniature
tenalaja serta perangkat penangkapan
ikan lainnya termasuk ornament
papan yang terstruktur dengan bagian serta fungsi yang dipajang dan
dileter nama serta fungsi untuk mempermudah pemahaman para
turis/wisatawan.
2.Kamar khusus memajang peralatan
tenun ikan bermotif ikan ( kapek mofa dan bahan pewarna ) serta
hasil tenun ikat tradisional seperti kfateknofi dan selendang-snai.
Rencana biaya yang akan
diswakelola oleh masyarakat sendiri dari sumbangan sebesar Rp.250.000.000.-( Dua
ratus lima puluh juta rupiah ).
v Permintaan
kepada Menteri Pertambangan dan Energi Bapak Purnomo.
Penambahan 5 buah gardu untuk
dapat menjangkaui wilayah Lewotala-
Lamabaka dan Lamanu;dimana selama
ini kapasitas seluruhnya
mengalami gangguan pemadaman
secara tiba-tiba karena secara teknis
saluran daya yang ada langsung
pada setiap pemakai/pelanggan.
Permintaan pipa air 3 inci untuk
jangkauan 13 km untuk menggantikan
pipa-pipa lama yang telah
terpasang.
v Duta Besar
Portugal dan Belanda meminta untuk membangun “Tuguh 120 Tahun” Gereja Katolik Lamalera
Lembata”;yang rencananya akan dibangun pada lokasi permandian
umat perdana(anak-anak lamalera
sebanyak 125 orang ) dipantai
Lamalera(persisnya dibawah pohon Tfare dekat lokasi gudang
paroki(dibelakang najje Bakatenne).
v Rencana
Pemugaran Kapela St.Petrus Paulus dipantai Lamalera yang akan dibantu oleh Bapak Herman Loli
Wutun dengan anggaran sebesar Rp.50.000.000.- ( lima puluh juta
rupiah ).Konstruksi yang akan dibangun dengan menara/candi setinggi 14 m
sekaligus berfungsi sebagai mercusuar.
v Permintaan
Buku-buku sekolah untuk sekolah SDI Lamalera dan SDK Lamalera yang akan dibantu oleh
Bp. Pius Kia Tapoona.
III. Yayasan/LSM
“LEFOTANA LAMALERA”.
Pembentukan LSM ini bertujuan
untuk : “Guee Tana-Geei Lefo atau Guee-Gmatee Lefotana
Lamalera”;yang artinya Urun rembuk menyatuhkan hati dan pikiran kita
semua untuk membantu negeri kita
yang tercita Lamalera.Karena kita
semua orang Lamalera diperantauan adalah “Lefaa-Pnetee aleep” yang
telah dan sedang bekerja di “Leffageak- Epakgeak”.
Unsur para pengurus LSM adalah :
1.Lika Tello (
Lefotuke-Blikololo-Bataone) dan Tana Alep ( Langofujo- Tufaona ) dan Tokoh Adat serta
Tim Pastor/biarawan-biarawati dari Lefo; dengan menunjuk Hendrikus Kia
Keraf sebagai Ketua; Beatus Korohama sebagai Wakil; Pater Yan Prason
Bataona,SVD sebagai Sekretaris yang dibantu oleh Pater Pite Dille
Bataona,SVD; Stanis Prason Bataona sebagai Bendahara.
2.IKEBELE Jakarta dan IKEBELE
Kupang-Lewoleba yang dapat membantu menindaklanjuti
permohonan bantuan dari Gubernur dan Menteri serta pejabat lain(
Donatur ). Unit Usaha : Menangani followup bantuan
pemerintah ( Menteri dan Gubernur ) CBS ( Cinta Budaya Sembur Paus )
dan CU ( Credit Union ) guna
menopang pemberdayaan semua
bantuan.
3. LSM Lefotana Lamalera dalam
hubungan dengan IKEBELE Jakarta dan IKEBELE Kupang dan Lewoleba; akan
membentuk jaringan kerjasama (Network) demi kemajuan Lefotana
Lamalera. Pengelolaan semua bantuan dana
akan dimasukan dalam rekening yang akan dipegang oleh seorang
Biarawan Lamalera(tidak boleh atas nama awam).
Reuni setahun sekali untuk
“progress Report”;yakni mengevaluasi seluruh kegiatan serta mempertanggung
jawabkan seluruh kegiatan dan keuangan kepada dewan Pembina dan pengawas
serta seluruh masyarakat Lamalera. Rencana Reuni yang akan datang
untuk “ Epuboit” adalah tahun 2010; sedangkan Reuni Akhbar yang direncanakan
untuk seluruh masyarakat Lembata untuk merayakan 125 tahun
Gereja Katolik Lembata-di Lamalera akan
dilaksanakan pada tahun 2011;yang melibatkan semua
unsur orang Lembata yang ada di
Lembata dan para perantau diluar Lembata.
Informasi
tambahan :
Museum dan motorisasi dengan
jumlah anggaran sebesar Rp.480.000.000.- (Empat ratus delapan puluh juta
rupiah ) telah disanggupi oleh Bapak Drs.Frans Seda.Jumlah pengadaan
motor gantung untuk peledang/perahu suku yang masih aktif sebanyak 12
unit;dimana 5 perahu/peledang sudah
memiliki sendiri motor gantung.Rencana jangka panjang untuk “Dioses Lamalera” yang
berkedudukan di
Lewoleba.Rencana nama Dioses ini
diusulkan oleh Pater Yan Prason Bataona,SVD untuk mengenang
Lefotana Lamalera sebagai tempat pertama kalinya para imam Yesuit
menyebarkan Agama Katolik Pertama di Pulau Lomblen-Lembata;dengan
dipermadikannya 125 orang anak Lamalera di pantai Lamalera tahun 1886 silam. Tugas tambahan yang disodorkan
kepada IKEBELE Kupang adalah membantu informasi awal tentang persyaratan
pengurusan akta LSM “ Lefotana Lamalera.
Demikian informasi ini yang telah
kami petik untuk menjadi bahan
pemikiran kita bersama;dalam
rangkah mencari solusi tentang “Ge’igarep-Gu’egmat’e Lefotana” untuk tullu
lefo. Kupang; 21 September 2006 Kami peserta diskusi :Pater Yan
Prason,SVD-Drs.Ignatius Sinu Bataona-
Matheus Dille Bataona dan Paulus
Demon BedingHari Kamis Malam bertempat di rumah
Bp.Nasu Bataona
GADIS LAMALERA
Diposting oleh
rikardus miku beding
Langganan:
Postingan (Atom)